Haji, Kesalehan Sosial dan Kemiskinan

KabarIndonesia - Saat ini satu persatu ratusan ribu umat Islam Indonesia yang menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah sudah mulai kembali ke tanah air. Mereka inilah yang memiliki potensi besar untuk mengaktualisasikan ajaran Islam secara lebih sempurna bagi kemaslahatan masyarakat luas.
Pengaktualisasian yang penulis maksud adalah peningkatan kesalehan sosial di lingkungan sekitar. Kesalehan sosial memiliki nilai strategis bagi perbaikan status ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Ia merupakan pintu masuk bagi rasa kepedulian kita terhadap kondisi ekonomi masyarakat miskin.

Singkatnya, selain ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, ibadah haji juga harus dijadikan sebagai sarana menolong sesama yang mengalami kesulitan hidup. .

Memabrurkan Haji Model Pekalongan

Pekalongan (26/1): Bertempat di Gedung Kesenian Kabupaten Pekalongan, ratusan orang jama’ah haji tahun 2010 Kabupaten Pekalongan mendengarkan dengan hikmat uraian para penceramah. Kegiatan yang bertitel Silaturrahmi dan Penyerahan Jama’ah Haji Kabupaten Pekalongan tahun 2010 ini diinisiasi oleh Kantor Kemenag Kabupaten Pekalongan. Dr. H. Umar Abdurrahman, MA, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Pekalongan, menegaskan bahwa acara ini merupakan sarana melanggengkan kemabruran haji. .

Ibadah Haji dan Komitmen Kepedulian Sosial

Praktek Ibadah Haji sebenarnya sarat dengan nilai-nilai kepedulian sosial, di antaranya dilihat dari ritual pakaian Ihram, larangan menumpahkan darah, Thawaf, dan Wuquf. Sejatinya, substansi nilai tersebut bisa diimplementasikan dalam kehidupan sosialnya ketika kembali ke tanah air, sehingga secara fungsional bisa berperan dalam usaha untuk menuntaskan problem kemiskinan bangsa ini.

Dalam ilmu fikih dikenal istilah penarikan hikmah dari satu ibadah (hikmah at-Tasyri’), sama pentingnya dengan pelaksanaan ibadah itu sendiri. Haji Mabrur yang diinformasikan oleh syari’at`, secara bahasa dan istilah mempunyai relasi kuat dengan kepedulian sosial. Kata mabrur yang berasal dari kata bir dalam bahasa arab diartikan sebagai kebaikan. Nah, dalam al-Qur’an makna itu dilebarkan bahwa kebaikan hanya diperoleh jika menafkahkan harta yang kita cintai untuk meringankan beban hidup orang lain di sekitar kita (QS ‘Ali Imran:9).

Begitu juga jika ditilik ibadah lainnya dalam rukun Islam setelah syahadat sebagai pengakuan akan Tuhan dan Nabi, seperti shalat, puasa dan zakat. Pelaksanaan shalat akan dianggap sebagai pendustaan agama, jika pelakunya tidak peduli terhadap penderitaan anak yatim dan para fakir-miskin (al-Ma’un:1-5). .

Wacana: Angkatan Muda Haji Indonesia Kopasus-nya IPHI

Mayjen (Purn) Drs. KH. Kurdi Mustofa, MM: Angkatan Muda Haji Indonesia Kopasus-nya IPHI.

Ibadah haji merupakan ibadah spesial yang hanya dapat dilaksanakan oleh setiap umat Islam yang telah memenuhi syarat istitha’ah baik finansial, fisik maupun mental. Orang yang telah melaksanakan haji nota-bene adalah orang-orang elit yang telah mendapat kesempatan bertawaf di Ka’bah dan berwukuf di padang Arafah. Karena itu, para haji hendaknya mampu menjaga esensi haji, yaitu mabrur. Mampu memberikan manfaat dan konstribusi maslahat bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Mayjen (Purn) Drs. KH. Kurdi Mustofa, MM, Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia menekankan hal ini dalam sambutan pengarahan dalam Pelantikan Angkatan Muda Haji Indonesia Provinsi Jawa Tengah (29/12).

Menurut lulusan terbaik Sesko AD tahun 1996 ini, dari data statistik hingga tahun 2009, jumlah jama’ah haji Indonesia adalah sebanyak 4.470.414 orang, belum lagi ditambah dengan jama’ah haji tahun 2010 dan tahun-tahun berikutnya. Jumlah yang demikian besar dengan latar belakang yang beragam dan pada umumnya di atas rata-rata kondisi rakyat Indonesia menunjukkan bahwa haji adalah kelompok elite sosial yang merupakan potensi dan asset yang dapat didayagunakan secara optimal untuk mengatasi problematika umat dalam rangka mencapai kesejahteraan dan kemaslahatan bersama.

Sejarah Hajar Aswad

Ibrahim as diperintahkan Allah swt membangun kembali Ka’bah. Ia memenuhi perintah itu dibantu putranya, Isma’il as. Saat hampir selesai mengerjakannya, Ibrahim as merasa ada yang kurang pada Ka’bah. Kemudian ia memerintahkan putranya, “Pergilah engkau mencari sebuah batu lagi yang akan aku letakkan di Ka’bah sebagai penanda bagi manusia.”

Isma’il as mematuhi perintah ayahnya. Ia pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat Jibril datang pada Ism’il as dan memberinya sebuah batu yang cantik. Dengan senang hati ia menerima batu itu dan segera membawa batu itu untuk diberikan pada ayahnya. Ibrahim as pun gembira dan mencium batu itu beberapa kali.